Personal Note: Berpaling dari Standarisasi Kegalauan
Hi, is it
sunny today? Beginilah manusia gua yang
tiap kalinya berpaling dari kodrat sebagai makhluk sosial, tetapi jangan salah
dulu, sesuatu sebenarnya membanjiri benak seorang pemuda ini, rasanya mengalir
sekali jika sesuatu yang terasa amat sangat resah kemudian dicurahkan dalam
suatu tulisan, why not?
Beberapa
alasan saya membuat personal note, pastinya adalah galau. Sebagai
manusia gua yang tetap manusiawi, galau adalah masa di mana kita berada dalam
banyak jalan yang hanya satu jalan yang dapat dilalui, sayangnya kita tidak
dapat mengira-ngira ‘mana yang lebih tepat, mana yang sangat tepat?’ karena
notabene semua jalan yang dilalui terasa pas sekali, namun tidak sadar bahwa
kita memilih jalan yang bukan seharusnya dilalui. Itulah di mana kegalauan
mendominasi kehidupan kita. Karena sudut pandang di sini akuan, jadi lebih
tepatnya apa yang saya alami dan saya rasakan sekarang.
Saya ingin sekali
pembaca sekalian merasakan apa yang saya rasakan kini, mungkin ketika membaca
kalimat tadi, di benak kalian akan berkata, “peduli amat, so, situ yang galau,
gue yang kena?” dan rapat-rapat menutup personal note ini dan beralih ke
yang lain. Tenanglah, personal note ini tidak secengeng buku diary, yang
tiap-tiap barisnya mengandung keluh kesah membuat siapa yang membacanya tergiur
untuk andil mengucapkan ‘sabar ya...’, ‘saya ikut bersedih atas pengalamanmu...’,
atau ‘semangat ya, kamu pasti bisa!’
Setiap kata-kata
itu membuat saya juga berucap dalam hati, “sesengsara apa saya ini?” Tapi personal
note ini berfungsi sebagai alat bagi saya menjaring masalah-masalah sosial
yang dirasakan dan pembaca dapat mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut.
Balik lagi,
sesuai judul: Berpaling dari Standardisasi Kegalauan, yah, galau memang
menjadi Today’s Top Brand di kalangan remaja apalagi dengan bumbu-bumbu pemanasnya:
SocMed (Social Media) yang tiap harinya pasti ada saja status-status atau
tweet berkisah tentang kesedihan, kegalauan, sampai hal yang tidak
penting pun cukup dominan. Hari ini saya mendapat banyak sekali penunjuk jalan,
bersemangat untuk berkarya tiba-tiba runyam seketika, dan seketika pula bangkit
kembali bahkan setelah itu akan tiba-tiba menghilang. Dari sini saya merasa
keluar dari standarisasi kegalauan, apa yang saya dapat dan itu yang saya
terima, untuk menerima saya upayakan untuk dilakukan, masalahnya, upaya
tersebut banyak sekali kebimbangan sehingga kesannya berenang melawan arus,
semakin saya dengan cepat melakukannya, sebenarnya saya masih di tempat yang
sama.
Menulis cukup
saya jadikan idola sebagai hobi yang tak pernah luntur, entah dari mana saya
dapatkan, semenjak itu saya mulai tertarik di dunia penulisan khususnya membuat
cerita pendek. Lagi-lagi sosial media, ada untungnya juga sih, dari sosial
media saya menemukan sederet iklan yang bermanfaat. Ini tentang penulis novel. Sederet
angan untuk menjadi penulis yang dapat menginspirasi banyak orang, seperti Dewi
Lestari –seorang penulis novel terlaris: Perahu Kertas, dan serial Supernova,
Winna Effendi –penulis novel Refrain, dan Andrea Hirata dengan novel tetraloginya
Laskar Pelangi. Di sana saya belajar bagaimana seorang ibu –Dewi lestari dengan
nama penanya ‘Dee’ menciptakan sebuah novel setebal kurang lebih 400 halaman
lebih dalam satu tahun rata-rata, ia menceritakan tentang pembuatannya secara struktural,
lebih efisien, dan bahkan saya kira ini pekerjaan personal namun lebih
membutuhkan kru.
Saya selalu
berpikir apakah yang saya tulis dapat menginspirasi banyak orang, jawaban yang
sama masih saya lontarkan dengan tegas, “belum!” padahal beberapa kali mencoba
kemudian dengan cepat sirna kembali. Saya belum sehati dengan hobi ini, itulah
yang menjadi kunci keluarnya saya dari standar kegalauan. Tapi yang dapat saya
ambil adalah, banyak peluang untuk berkreasi, selagi kita sadar bahwa
peluang itu ada, dengan demikian minimal apa yang saya buat dapat memuaskan
hati saya pribadi, lebih detilnya saya mengambil keputusan untuk mundur selangkah
dan melesat seribu langkah berturut-turut.
Tags:
Personal Note
0 comments