BUKAN RAJA DUNIA TAPI PENAKLUK DUNIA

بسم الله الرحمن الرحيم

    Beberapa dekade ini, reputasi seorang pemuda di dunia, tidak usah jauh-jauh di dunia, lihat saja keberadaan pemuda di Indonesia. Berapa banyak uang yang terkulai kosong demi memenuhi nafsu belakangnya, tidak peduli lagi dengan daerah yang mereka tempati. "Cukup berikan 10 orang pemuda, maka kami bisa membangun Indonesia" kata-kata yang keluar dari pita suara bung Karno yang percaya kekuatan pemuda, 10 banding 10 Juta bagaikan 1 triliun banding 10 juta, kekuatan itu tersimpan dalam benak pemuda pada masa 'ITU'.
     Beberapa dari mereka mengikuti alur yang kurang memadai yang mereka sebut dengan 'mengikuti zaman', ucapan itu tak lain dari pada nafsu yang mereka miliki. Kekuatan pemuda, hanya berakhir dusta dalam dunia yang berkembang ini, semakin dunia berkembang, nafsu meluluhkan ilmu yang hakikat, yang mana akan dibawa mati oleh sejumlah umat manusia.
     Teknologi dalam masa perkembangan, para pemuda mencari, mencari keberadaan tersebut, namun, tak lain dari sikapnya yang angkuh, percaya bahwa teknologi adalah jalan menuju kemajuan bangsanya, secara hakikat, ilmu adalah sumber kemajuan suatu bangsa dalam ruang lingkup tertentu, teknologi membutuhkan ilmu, semuanya dengan ilmu. 10 Pemuda intelek, yang berani menggusur kepercayaan zaman kuno tersebut, mengikuti arah keluarnya cahaya... itulah yang bung Karno inginkan dari negeri ini.

     Sumber kekuatan terdapat dari diri kita sendiri, begitu juga Indonesia, kekuatannya terdapat pada sumber-sumbernya yang berikut adalah Sumber Daya Alam yang melimpah dan tak usai digerogoti oleh bangsa lain, kita melemah karena hal tersebut, kekuatan kita semakin dicari-cari oleh orang-orang luar sana, mereka peduli dengan keadaan bangsanya yang sebenarnya 'rapuh', sumber daya mereka sulit ditemukan karena lokasi geografis yang kurang memadai, mereka mencari-cari untuk itu. Sedangkan kita? Apa yang telah kita pedulikan? Game Online? Atau berbagai macam pemuas nafsu lainnya? Cukup sampai di situ.
    Pandang sejarah Indonesia, betapa takutnya kita jikalau kita tinggal pada masa seperti itu, mempertaruhkan nyawa demi bangsa, demi keadilan, demi kesatuan, demi generasi yang akan melanjutkannya: Yaitu Kita. Bung Karno bukanlah sekedar pahlawan, bukan sekedar pemimpin, dan bukan sekedar manusia legendaris, beliau menitipkan ambisi dan keinginan besarnya terhadap pemuda-pemudi Indonesia, bukan kepada pemimpin selanjutnya, karena beliau tahu bahwa pemimpin selanjutnya akan terobsesi oleh kekuasaannya sendiri, kalian bisa merasakannya dengan akal sehat kalian.
     Sejarah adalah perspektif yang sangat real, yang menghubungkan satu titik kepada titik lainnya hingga menjadi suatu sketsa atau pondasi dasar yang akan menjadi sebuah bentuk yang indah. Pahamilah sejarah-sejarah Indonesia, kita akan masuk terjerembab dalam tragedi masa itu, kita akan mengetahui lebih dalam kepedihan orang-orang, pahlawan-pahlawan yang membela generasinya dengan harapan generasi selanjutnya akan memperbaiki semua kekacauan yang terjadi pada masa itu.

      Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda namun tetap satu jua. Begitu prihatinnya para pahlawan yang membesarkan negeri ini, dengan persatuan yang erat, tidak pandang satu sama lain, tetapi satu arah tujuan kebersamaan dalam menggapai apa yang mereka impikan: Kedamaian, Perbaikan oleh Kita selaku para pemuda. Perhatikan sekali lagi, fokuskan pandangan kalian kepada sumber daya alam negri ini, mulai dari Sabang sampai Merauke. Kekuasaan Adi daya, melumpuhkan semangat juang kita untuk terus berinovasi, benarkah kita sudah merdeka? Apakah kata-kata Merdeka yang sering kita ucapkan ketika tanggal 17 Agustus adalah kesungguhan? Namun bukti yang beredar banyak.
       Sekuat-kuatnya daulat atau suatu kelompok, jika diberikan serangan dari dalam tetap saja runtuh. Demikian itu adalah tanda akan kepunahan berpikir secara akal, yang demikian itu adalah tanda bahwa negeri ini dilanda oleh kerusakan, terjangan serta hantaman dari dalam, yaitu dari diri kita sendiri. Secara tidak langsung, secara kesat mata, negeri kita mulai melemah, pondasi negeri ini adalah Pemuda yang intelek secara pemikirannya dan siasat keberhasilannya, juga rasa nasionalismenya. Semakin lama, pemuda di negeri ini menjadi kacau balau, terlalu maniac dengan yang namanya Internet, Game Online, bahkan ada yang lebih dari itu... Bermabuk-mabukkan, bergonta-ganti pasangan, Seks Bebas yang merajalela, Berpesta pora dan lebih dari itu.
      Ada bencana yang harus dilalui negeri yang berkembang ini, dengan siasat ekonomi, belum dapat kita benahi, dengan siasat politik juga belum dapat dibenahi. Bencana yang menjadi wabah penyakit dahsyat di dunia. Semakin lama, penyakit ini akan menyebar bagaikan virus, bahkan mereka yang tak kuat akan menganggap virus itu adalah sebagian dari diri mereka, bencana macam apakah itu? Kita belum pasti mengetahuinya... Tapi ada salah satu faktor yang dapat menyadarkan kita semua... SUDAHKAH KITA MENEPATI JANJI KITA SEBAGAI PEMUDA?

      Barang siapa yang tak lagi memegang janji atas apa yang ia janjikan, maka sebutlah ia seorang Pengkhianat. Jika kita belum dapat menepati janji maka semakin banyak pengkhianat yang tersebar dan merusak sendi-sendi kekokohan negeri yang malang ini. Itulah kenapa Indonesia belum dapat bangkit, karena faktor dalamnya menolak untuk bangkit. 
       Tidak usah menjadi Raja Dunia... merasa dapat melakukan apapun demi kemauan dan nafsunya, tetapi pemuda adalah Penakluk, yang dapat menaklukkan nafsunya sendiri, memerintahkan kekuatannya sendiri demi kepentingan bersama, demi persatuan, dan DEMI INDONESIA!  Kawan... ini yang seharusnya kita lakukan... tolong simak sekali lagi tuturan kalimat yang tercipta di atas dengan rasa kepedulian dan nasionalisme, semoga kita, generasi muda yang tinggal, yang hidup Pasca Reformasi, Pasca Orde Baru di Indonesia ini. Sampaikan salam ini kepada teman-teman seperjuangan. Atas nama Bangsa Merdeka.


Article by. Muhammad Iqbaludin 

Share:

0 comments