Inspirative Story about True Love

BUKALAH MATA DAN LIHATLAH! INSPIRASI BETERBANGAN DI DALAM MAUPUN LUAR DIRI ANDA!

1

“Fan, Aku tahu kalau kamu tuh suka sama si Echa kan?” Manda seketika bertanya kepadaku saat kita sedang membicarakan masalah bisnis, lanjutnya, “kenapa kamu nggak tembak saja dia?”
“Hah?” sedikit terkejut dengan pertanyaan Manda kepadaku tentang Anindita Keisha Zahra, lanjutku, “Sebenarnya saya juga ingin, tapi saya boleh bertanya sesuatu tentang hal ini?” dengan respons yang cukup kuat, ia mengangguk.
“Sebenarnya apa yang dilakukan oleh orang yang berpacaran?”
“Aduh Fan, kamu ketinggalan zaman banget sih!” ia berdehem sebentar, “kamu tahu, seorang perempuan yang jelas-jelas sudah memberikan lampu hijaunya kepada seorang pria maka sebenarnya ia menaruh harapan kepada orang itu, jelas seorang wanita akan kecewa jika orang yang ditaruhnya harapan tersebut tidak merespons apa yang ia inginkan, maka tak heran kalau si wanita tadi akan tergenang oleh air matanya sendiri. Sudahlah Fan, Echa itu baik kok, dia sudah jelas-jelas memberi lampu hijau tersebut kepadamu.”
Panjang lebar Manda menjelaskan tentang cinta, tapi aku masih menemukan keraguan di sana, bahkan pertanyaanku belum dijawabnya, “ya, aku tahu, tapi bagaimana jika kamu berada dalam situasi ini, dan kalian sudah jadian. Kemudian apa yang kamu harap dari cowok itu?”
“Jelas aku harap dia bakal menjaga aku, membuat aku bahagia, membuat hariku berwarna, dan ...” seketika aku menerobos khayalannya yang menurutku sudah berlebihan itu, “memegang kamu, membelai kamu, kemudian secara tidak sadar kamu memberikan lampu hijau baginya untuk melakukan hal-hal yang jelas sekali tak bermoral, misalnya dengan ciuman, bahkan lebih dari itu, benarkan?
Manda, dengar, aku ini laki-laki, yang kodratnya memang seharusnya menjadi seorang imam bagi perempuan. Kamu tahu, perempuan dilebihkan syahwatnya oleh Allah dibandingkan laki-laki, dan laki-laki dilebihkan logikanya dari pada perempuan, juga Allah sudah memasangkan laki-laki dengan perempuan. Itulah yang dimaksud bahwa Allah memberikan batas seorang laki-laki untuk perempuan agar dapat mengolah syahwatnya” kataku dengan senyum simpul, Manda tercengang mendengar pernyataanku, ia kembali mendengarkan, “kau tahu mengapa orang-orang lebih menerima permen yang dibungkus dari pada yang sudah terbuka padahal jenis permen yang diberikan sama? “ tanyaku sesekali mengusap keningku yang mulai berkeringat, lanjutku, “karena permen yang dibungkus itu kesannya sangat aman dan berkualitas. Sama dengan seorang perempuan, beruntunglah kamu memakai jilbab yang rapi tapi jika sudah seperti ini bahkan kamu masih ingin dibelai oleh seorang laki-laki, percuma saja jilbabmu itu, ibaratnya permen tadi sudah dipegang-pegang kemudian dibungkus kembali, secara logika memang kamu mau permen bekas walaupun sudah dibungkus?” Kami menghentikan sejenak obrolan ini, terlihat Manda menyembunyikan sesuatu dengan menyeruput teh manis yang sudah mulai mendingin, namun sorot matanya menyatakan bahwa ia sedang mencari.
“Aku ini laki-laki Manda, tugas seorang cowok tulen itu menjaga yang lemah, terus buat apa aku berpacaran dengan si Echa yang arti sebenarnya adalah merusak?” dengan melipat tangan di atas dada, berkata mantap kepada Manda, “jadi cukup aku senang saja dengan si Echa, dengan ini aku menjaga dia dari kerusakan yang akan ku perbuat. Lagian kalau kamu ingin tahu, bahwa sebenarnya syahwat kalian itu yang mengundang laki-laki brengsek untuk merusak kalian, sampaikan saja salam dari ku kepadanya, ‘jangan tergoda dengan cinta, karena cinta yang hakiki itu hanya ada ketika sudah mendapat sertifikat khusus dari Allah barulah menyerahkan sertifikat itu kepada orang yang kita sayangi kelak, maka tetap jaga diri dan jangan membayangkan hal yang tidak-tidak, sebenarnya Allah selalu cinta ke kamu, apa kamu sudah memberikan yang terbaik untuknya? Itulah yang seharusnya kamu lakukan segera!’ begitu pesanku, tolong sampaikan ya, juga jangan bawa namaku, anggap saja pesan ini dari kamu sendiri biar dia enggak berpikir macam-macam,” ucapku dengan lugas dan lembut kepada Manda bahwa aku berharap kepadanya untuk menyampaikan pesanku secara lisan kepada Echa.
“Jika ia masih jodohku, dan Allah sudah memberikan sertifikat cinta kepadaku, insya Allah, kelak akan kunikahi dan aku beri sertifikat cinta dari Allah itu kepadanya. Barulah itu yang kuimpikan, tapi jangan kamu katakan seperti ini, pegang janjimu oke!” Lanjutku sambil menuangkan teh dari teko dan menyeruputnya secara perlahan, kukira Manda sudah lumayan mengerti tentang apa yang kukatakan, kelak aku berharap Manda dan Echa bisa berpikir lebih jernih lagi tentang hal ini, aku tidak mau sahabat-sahabatku ini terjerumus. Akhirnya kami saling berpamitan dan memulai aktivitas seperti biasanya.



Share:

0 comments